Sayyid Amir Kulal (q) dikenal sebagai Mawarnya Akhlak dan Sifat Nabi (s),Pohon Lotus Terjauh bagi Hasrat untuk Maqam-Maqam Pamungkas, Pemilik Singgasana al-Irsyad (Bimbingan) dan Sang Penarik Berkah Surgawi, dan Sang Guru dengan napas sucinya yang berupa Rahasia-Rahasia Ilahi. Beliau adalah seorang mujaddid atau Sang Pembaharu dalam Syari`ah, seorang Guru Tarekat, seorang Pembangun Hakikat, dan seorang Mursyid bagi makhluk. Beliau dihormati atas penguasaan ilmunya di antara wali-wali di zamannya, yang menjulukinya sebagai “Wali bagi suatu Keahlian adalah Guru bagi semua Wali.”
Beliau dilahirkan di desa Sukhar, dua mil dari Bukhara. Keluarganya adalah sayyid, keturunan Nabi Suci (s). Ibunya berkata, “Ketika aku sedang mengandungnya, setiap kali tanganku ingin memegang makanan yang meragukan kehalalannya, aku tidak mampu mengangkatnya ke mulutku. Hal ini seringkali terjadi. Aku tahu bahwa aku sedang mengandung seorang anak yang istimewa di dalam rahimku. Aku sangat berhati-hati dan memilih makananku dari yang terbaik dan terjamin kehalalannya.”
Di masa kanak-kanak ia adalah seorang pegulat. Beliau sering melatih semua seni dalam olah raga ini sehingga beliau menjadi salah seorang pegulat yang paling terkenal di zamannya. Semua pegulat akan berkumpul untuk belajar darinya. Pada suatu hari, seorang pria yang menyaksikannya bergulat mempunyai pikiran yang terlintas di dalam benaknya, “Bagaimana seseorang yang merupakan keturunan Nabi (s) dan yang sangat dalam terpelajar dalam ilmu syari`ah dan tarekat melakukan olah raga semacam ini?” Ia tiba-tiba merasa mengantuk lalu tertidur lelap; ia bermimpi tentang Hari Kiamat, di sana ia merasa kesulitan dan akan tenggelam. Kemudian Syekh Sayyid Amir al-Kulal (q) muncul dan menyelamatkannya. Ia lalu terbangun dan Sayyid Amir al-Kulal (q) memandangnya dan berkata, “Apakah engkau menyaksikan kekuatanku dalam gulat dan kekuatanku dalam memberi syafaat (pertolongan)?”
Suatu ketika Syekh Muhammad Baba as-Samasi (q) yang kelak menjadi syekhnya, melewati arena gulatnya bersama para pengikutnya. Beliau berhenti dan berdiri di sana. Sebuah bisikan jahat masuk ke dalam kalbu salah satu pengikutnya, yang berkata, “Bagaimana ini, mengapa seorang syekh berdiri di sini, di arena gulat?” Syekh segera menatap pengikutnya itu dan berkata, “Aku berdiri di sini demi orang itu. Ia akan menjadi seorang Arif besar. Setiap orang akan mendatanginya untuk mendapatkan bimbingan dan melalui dirinya orang-orang akan mencapai maqam- maqam tertinggi dari Cinta Ilahi dan Hadirat Ilahi. Niatku adalah untuk membawa orang ini di bawah sayapku.” Pada saat itu Amir Kulal (q) memandang beliau, dan langsung tertarik sehingga beliau meninggalkan olah raga gulatnya. Beliau mengikuti Syekh Muhammad Baba As-Samasi (q) ke rumahnya. Syekh Samasi (q) mengajarinya zikir dan prinsip-prinsip tarekat yang mulia ini dan berkata kepadanya, “Sekarang engkau adalah anakku.”
Syekh Kulal mengikuti Syekh Samasi selama 20 tahun, mengisi waktunya dengan zikir, khalwat, ibadah dan praktik zuhud. Tidak ada yang melihatnya selama 20 tahun itu kecuali senantiasa mendampingi syekhnya. Beliau biasa menjumpai syekhnya di Samasa setiap Senin dan Kamis, meskipun jaraknya lima mil dan perjalanannya sulit, hingga beliau akhirnya mencapai maqam mukasyafa. Pada saat itu kemasyhurannya mulai tersebar ke mana-mana hingga akhir hayatnya.
Beliau mempunyai empat anak, as-Sayyid al-Amir Burhanuddin, as-Sayyid al-Amir Hamza, as-Sayyid al-Amir Syah, dan as-Sayyid al-Amir ‘Umar. Beliau juga mempunyai empat orang khalifah, tetapi beliau meneruskan rahasianya hanya kepada salah satu di antara mereka, yaitu kepada Sayyida ‘s-Sadaat, Arif dari orang- orang arif, al-Ghawts al-A`zham, Sulthan al-Awliya, Syekh Muhammad Baha’uddin Syah Naqsyband (q).
Syekh Sayyid Amir Kulal (q) wafat di desa yang sama dengan tempat kelahirannya, yaitu Sukhar, pada tanggal 8 Jumada al-Awwal 772 H.