Tawajjuh atau tawajjuhan adalah majelis zikir yang ada dalam tarekat. Dalam prakteknya, tawajjuhan dilaksanakan dalam ruangan yang tertutup. Hal ini bukan tanpa landasan atau dasar, akan tetapi hal ini sebagaimana Hadis yang diriwayatkan Imam Hakim, dan juga Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.
Berikut ini hadisnya:
إِغْلاَقُ الْبَابِ وَيَعْضَدُهُ حَدِيْثُ الْحَاكِمِ عَنْ يَعْلَى بْنِ شَدَادٍ قَالَ: بَيْنَمَا عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ قَالَ: هَلْ فِيْكُمْ غَرِيْبٌ؟ قُلْنَا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَأَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ وَقَالَ: اِرْفَعُوْا أَيْدِيَكُمْ، الْحَدِيْثَ وَأَصْرَحَ مِنْهُ حَدِيْثُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٍ فِى دُخُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَعْبَةَ حَيْثُ أَمَرَ بِغَلْقِ الْبَابِ حِيْنَ دُخُوْلِهَا عَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ مَعَهُ دُوْنَ مَنْ عَدَاهُمْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ الْمُوْجُوْدِيْنَ بِالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَلَفْظُ الْبُخَارِي فِى صَحِيْحِهِ، (تنوير القلوب، ص 521).
Termasuk tata krama berzikir adalah menutup pintu, hal ini dikuatkan dengan Hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Hakim dari Ya’la bin Syadad, suatu ketika aku bersama Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah bertanya: “Apakah di antara kalian ada orang asing?” Aku menjawab: “Tidak wahai Rasulullah”. Maka Nabi memerintahkan untuk menutup pintu dan Beliau bersabda: “Angkatlah tanganmu (berdo’a)”.
Hadis Imam Bukhari dan Muslim lebih memperjelas tentang masuknya Nabi ke dalam Ka’bah sekiranya Nabi memerintahkan menutup pintu ketika masuk Ka’bah, dan orang-orang bersama Nabi bukan orang muslim lain yang ada di Masjidil Haram (Tanwîr al-Qulûb, halaman: 521).
Dasar Tawajjuhan Tiga Kali dalam Sehari Semalam
Permulaan tawajjuhan dilaksanakan 3 kali dalam sehari semalam itu karena melihat tawajjuhan yang dilakukan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Saw itu sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk:
- Menghilangkan sifat madzmûmah muhlikah (sifat yang jelek dan merusak)
- Menghiasi hati dengan sifat yang terpuji
- Memasukkan nûr wahyu dan risalah
Semua itu dilakukan di gua Hira’. Tawajjuh itu mulaqqan mu’an’an (ditalqinkan) dari Nabi Saw kepada Abu Bakar al-Shiddiq Ra, dan dari Abu Bakar al-Shiddiq Ra kepada guru-guru Naqsyabandi itu merupakan turunnya nûr yang menyebar.
Adapun hati para guru itu merupakan sumber hikmah dan ma’rifat. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh untuk menangkap nûr itu, maka dia yang akan berhasil. Adapun orang-orang yang tidak bersungguh-sungguh, maka dia tidak menghasilkan apapun kecuali bingung.
Tawajjuhan 3 kali itu dilakukan setelah shalat Isya’, waktu sahur, dan setelah shalat Dzuhur, (Keterangan ini dapat dilihat dalam kitab Nahjah as-Salikin, atau dalam kitab Majmû’ al-Risâlah, halaman: 26).
Sumber: Pejalan Ruhani