Oleh: Muhammad Kamil, Syarifuddin Syarifuddin, Zulfi Imran
Abstrak
Beberapa alasan perlunya pendidikan karakter, diantaranya banyaknya kaum muslimin masih jauh dari nilai karakter, karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral, memberikan nilai-nilai moral pada umat merupakan salah satu fungsi peradaban yang paling utama, peran dzikir sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak umat memperoleh sedikit pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan, masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa hormat, dan tanggungjawab, demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh masyarakat, tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Para tokoh agama telah banyak melakukan perubahan karakter terhadap umat ini salah satunya dengan mengamalkan dzikir lewat tariqat sebagai sarana pencerahan spritual.
Dzikir pada hakikatnya adalah mengingat Allah dan melupakan apa saja selain Allah ketikda dalam berdzikir. Maka implikasi adanya dzikir yang demikian meliputi mengingat, memperhatikan, dan merasa dirinya senantiasa diawasi oleh Tuhan bahkan berpengaruh luas terhadap jiwa dan kesadaran yang kemudian diaktualisasikan pada pola pemikiran dan tingkah laku. Dapat disimpulkan bahwa dzikir merupakan kesadaran muslim sebagai makhluk Allah yang wajib untuk mengingat-Nya baik dalam lisan, hati, dan ruh serta berpikir secara islami dan berbuat sesuai syariat Islam, baik ketika dia sedang berdiri, duduk, berbaring, ataupun. Kesadaran ini menjadi ruh setiap perbuatan seorang muslim.